Berikutini yang termasuk jenis tari berpasangan adalah. Berikut ini adalah latihan Soal Tematik Kelas 5 Tema 9 Subtema 3 untuk Tahun Pelajaran 20202021 lengkap dengan kunci jawaban. Berikut ini yang termasuk karya seni rupa dua dimensi adalah. Seni Rupa Murni adalah Suatu bentuk Karya Seni yang hanya menikmati dari keindahannya saja. Menurutpendapat dari Immanuel Kant, seni ialah sebuah keinginan karena menyatakan tidak bisa mengupayakan kebenarannya. 4. Menurut Aristoteles Menurut pendapat dari Aristoteles, seni ialah bagian yang pembeberan dan penampakan yang tidak pernah beralih arah dari kebenaran dan seni tersebut ialah mencontoh alam. 5. Menurut Leo Tolstoy Vay Nhanh Fast Money. Seni adalah aktivitas manusia untuk menciptakan berbagai produk/artefak rupa, pertunjukan, atau pendengaran yang mengekspresikan keahlian teknis, ekspresi seniman, pesan, kearifan, atau unsur ekstrinsik lainnya dari seniman itu sendiri agar dapat diapresiasi dan memberikan output estetis atau nilai-nilai lainnya kepada penikmatnya. Namun demikian, definisi seni adalah polemik yang tidak pernah berhenti sepanjang waktu. Seni adalah bidang keilmuan Soshum yang tidak memiliki patokan eksak. Perlu diingat bahwa pencarian lebih lanjut mengenai pengertian seni membutuhkan kajian studi khusus melalui filsafat seni. Setiap seniman juga tidak jarang memiliki pengertian atau definisi mereka pribadi mengenai seni. Akan tetapi kita dapat mengeksplorasi definisi-definisi seni beradasarkan berbagai pendapat yang telah mapan atau telah banyak diterima oleh para ahli. Kita juga dapat memulainya dengan cara menggunakan cara-cara umum terlebih dahulu untuk mendapatkan pijakan awal dalam pencarian. Setelah itu, baru kita dapat memiliki definisi sendiri untuk diri sendiri karena telah mengetahui pasti di mana saja batasan kotak definisi umum yang akan kita tanggalkan. Pengetahuan mendasar tentang pengertian seni diperlukan agar perkembangan seni tetap terarah berdasarkan temuan hakikat seni oleh para penyumbangnya dari masa ke masa. Berikut adalah beberapa pendapat pengertian seni menurut para ahli. Seni menurut Plato dan Rousseau adalah hasil peniruan alam dengan segala seginya. Aristoteles mengungkapkan bahwa seni adalah harus dinilai sebagai suatu tiruan, yakni tiruan dunia alamiah dan dunia manusia. Berbeda dengan Plato, Aristoteles tidak memaksudkanya sekedar “tiruan belaka” menurutnya seni harus memiliki keunggulan “falsafi” yakni bersifat dan bernada “universal”. Seni menurut Leo Tolstoy adalah ungkapan perasaan pencipta yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis. Seni menurut Thomas Munro adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Seni menurut Brade adalah pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang membahagiakan jiwa spiritual manusia. Selain itu terdapat beberapa ahli yang dianggap berpengaruh besar terhadap definisi seni itu sendiri. Beberapa uraian mengenai pendapat para ahli seni ini akan diuraikan pada pemaparan di bawah ini. Clive Bell adalah filsuf seni klasik modern yang terkenal melalui gagasan significant form bentuk bermakna, Bell merupakan filsuf yang dipengaruhi jalur pemikiran plato tentang bentuk indah yang seolah-olah berada di luar bentuk karya itu sendiri. Menurutnya, semua system estetik dimulai dari pengalaman pribadi subjek tentang terjadinya emosi yang khas. Jika seseorang menatap karya seni, dalam dirinya akan timbul perasaan atau emosi yang khas, yang tidak sama dengan perasaan sehari-hari seperti marah, senang, sedih dan lain-lain. Perasaan emosi tersebut disebut emosi estetik. Setiap karya seni yang baik/berhasil akan membangkitkan perasaan emosi estetik tersebut. Leo Tolstoi 1828-1910 adalah sastrawan Rusia terkemuka yang terkenal melalui tulisan essainya yang berjudul Apakah Seni? What is art?. Tolstoi tidak menyetujui pendapat sederhana bahwa seni adalah aktivitas manusia yang menghasilkan sesuatu yang indah. Bagi Tolstoi seni membangkitkan perasaan yang pernah dialami oleh dirinya sendiri, dan dengan berbagai bahasa komunikasi dari gerakan, garis, warna, suara, atau bentuk yang diungkapkan dengan kata-kata, menyampaikan perasaan tersebut pada orang lain yang mungkin pernah merasakan hal yang sama juga; curahan hati. Hal itu disebut aktivitas seni. Hal yang tidak dapat dikomunikasikan melalui dialog sehari-hari disampaikan secara sadar melaui tanda-tanda eksternal tertentu dan diserahkan pada penerimanya yang sebetulnya pernah memiliki perasaan atau pengalaman yang sama. Menurut Tolstoi perasaan yang diekspresikan seniman itu beragam, dapat berupa perasaan yang kuat atau perasaan yang lemah, perasaan yang penting dan perasaan yang tidak berarti, perasaan baik dan perasaan buruk. Perasaan tersebut dapat meliputi perasaan kagum, perasaan cinta tanah air, perasaan gembira, perasaan bangga dan megah, perasaan humor, tentram dll. Semua jenis perasaan tersebut diterima lewat indera manusia yang memberikannya suatu pengalaman seni. Tolstoi memberikan tiga syarat utama untuk mengekspresikan perasaan atas pengalaman seni, yaitu Nilai ekspresi bergantung pada besar-kecilnya kepribadian seniman. Tolstoi menggunakan istilah individualitas seniman. Makin menonjol individualitasnya, makin kuat daya pengaruh pada penerimanya. Individualitas menekankan bobot sikap jiwa seniman. Nilai ekspresi bergantung pada besar-kecilnya kejelasan, kejernihan perasaan yang diungkapkannya. Seniman mendasarkan diri pada perasaan universal manusia, sehingga penerima seni dapat menemukan kembali perasaan yang sebenarnya telah dikenalnya juga, tapi mungkin jarang dirasakan. Nilai seni bergantung pada besar-kecilnya kejujuran seniman. Syarat ketiga inilah yang terpenting. Langer adalah filsuf seni Amerika yang tidak setuju pada pendapat semua seni itu sama, hanya materialnya yang berbeda. Prinsip-prinsipnya sama, teknik yang dilakukannya semua analog mengalir. Prinsip seperti itu disebut menjerumuskan dan tidak benar. Prinsip seni yang berlaku secara umum memang ada, tapi tidak banyak/tidak cukup. Langer menyebutkan adanya tiga prinsip, yaitu ekspresi, kreasi dan bentuk seni. Menurut Langer karya seni adalah bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indera dan pencitraan, dan yang diekspresikan adalah perasaan manusia. Pengertian perasaan disini adalah dalam lingkup yang luas, yaitu sesuatu yang dapat dirasakan, sensai fisik, penderitaan dan kegembiraan, gairah dan ketenangan, tekanan pikiran, emosi yang kompleks yang berkaitan dengan hidup manusia. Seperti Tolstoy, Langer juga menolak ekspresi perasaan berupa perasaan subjektif seniman pribadi. Seorang penulis tragedy tidak harus mengalami lebih dahulu kematian anggota keluarganya. Atau seorang penyair yang melukiskan seseorang yang patah hati tidak harus mengalami dahulu patah hati. Subjektifitas adalah ilusi, semua orang mungkin pernah sam-sama mengalami perasaan tersebut. Sedangkan menurut Soedarso Sp dalam Mikkes Susanto, 2002102 Seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman batin disajikan secara indah atau menarik hingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menikmati” Melacak Pengertian Seni Pengertian seni selalu meninggalkan banyak pertanyaan. Seperti jika seni memberikan output berupa nilai estetis atau hal lain, apakah berarti produk seni itu sendiri bukan yang utama dalam karya seni? Jika seni itu berupa nilai, berarti penilaian individu akan sangat relatif, lalu apakah sah hal yang subjektif tersebut untuk dinilai atua bahkan bahkan dikritik? Jika nilai adalah poros utama seni, berarti seni bisa jadi dianggap tidak ada keberadaannya tanpa individu / publik yang mampu mengerti nilai yang diberikan oleh seni. Untuk itu mari kita lacak seni melalui berbagai aspek yang dapat menjadikannya ada’. Seni di Luar Wujudnya Kegiatan berkesenian menghasilkan atau meninggalkan produk/artefak rupa yang berwujud. Tetapi, yang disebut seni bukan hanya produknya itu sendiri, sebab seni juga mengandung nilai diluar benda/artefaknya sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Jakob Sumardjo “Apa yang disebut seni’ memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat dan sekaligus didengar visual, audio dan audio-visual, seperti lukisan, music, dan teater. Tetapi, yang disebut seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu berupa nilai. Apa yang disebut indah, baik, adil, sederhana, dan bahagia itu adalah nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah dapat tidak indah bagi orang lain.”Jakob Sumardjo, 2000 45. Darisini kita dapat menarik kesimpulan bahwa selain benda/tampilan fisiknya sendiri, seni terdapat pada nilai diluar fisik itu sendiri. Nilai Seni Nilai adalah tanggapan individu terhadap sesuatu seni berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya masing-masing. Tanggapan individu akan memberikan kualitas nilai tertentu sesuai dengan nilai-nilai seni yang dikenal dan dialami oleh individu tersebut. Sehingga seni menjadi sangat subjektif terhadap individu yang menilainya. Tentu saja hal ini baru terjadi kalau benda seni itu memang mengandung atau menawarkan nilai-nilai objektifnya. Relasi Seni Penelitian antropologis disuatu Negara Afrika menunjukkan bahwa nilai-nilai seni baru muncul jika penanggap seni memiliki pengalaman dan pengetahuan yang dikandung oleh benda seni. Karya Beethoven diputar di depan anak-anak Afrika yang sekolah setara SMU, dan ternyata beberapa anak dapat menikmati musik itu. Tetapi, ketika karya musik yang sama diputar di depan penduduk pedesaan yang belum pernah berhubungan dengan budaya Barat, banyak yang tidak bisa menilai apakah musik itu memberikan suasana sedih atau gembira. Seni baru ada jika terjadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni penanggap dengan objek seni benda seni. Inilah yang dimaksud dengan relasi seni. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak paham terhadap seni. Apakah mereka selamanya tidak dapat menjadi publik seni? Pentingnya Edukasi Seni Edukasi menjadi hal yang penting agar orang-orang yang belum mengerti seni dapat menjadi apresiator seni. Selain itu seni juga dapat diterima tanpa edukasi apabila jika wujud seni cukup populer, ringan dan mudah dipahami oleh kebanyakan masyarakat. Bukankah seharusnya seni dibuat sepopuler mungkin agar dapat menjamah seluruh kalangan masyarakat? Betul, hal itu sudah tidak dapat dibantah lagi, tapi dalam kasus tertentu terdapat beberapa karya seni yang tidak akan dimengerti oleh publik umum, seperti karya eksperimental, atau karya seni murni lain pada umumnya. Karya seni seperti ini juga sangat penting untuk dipahami dan diapresiasi walaupun belum aplikatif untuk diterapkan pada masanya. Karya-karya seni rupa murni hari ini ingin terus mengeksplorasi berbagai pengalaman-pengalaman baru yang dapat digali dari kekayaan khazanah seni; riset untuk masa depan seni. Dibutuhkan jembatan khusus agar masyarakat umum dapat memahami pekerjaan seniman yang membuat karya yang sulit dimengerti ini. Selain itu perputaran ekonomi juga dibutuhkan untuk mendanai berbagai kebutuhan karya eksperimental itu. Medan Seni Art World Dapat ditarik kesimpulan bahwa seni baru hadir setelah terjadi relasi antara subjek dan objek seni. Itupun belum cukup, seni harus didukung oleh berbagai individu/lembaga yang dapat menyokong kegiatan seni. Seni membutuhkan berbagai kesepakatan dan kerjasama antara sejumlah pemeran seni seperti seniman, kurator, galeri, kolektor, publik seni dan lain-lain. Inilah yang disebut dengan medan seni rupa. Seni tidak dapat berjalan atau dianggap ada tanpa adanya medan seni. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar seniman dapat mengerti bahwa meskipun seni tidak memiliki aturan, atau pakem. Seni subjektif nilainya bukan berarti seni tidak memiliki standar. Untuk menciptakan karya seni yang bahkan tidak memiliki fungsi nyata, bukan berarti seniman dapat meracau tanpa melihat standar-standar tertentu. Karena pada akhirnya, karya seni tersebut harus melewati medan seni rupa jika ingin dianggap ada. Masih banyak hal yang dapat dibicarakan lebih jauh mengenai topik yang tidak pernah ada habisnya ini. Seniman berhak untuk menggunakan dan atau membuat pengertian seninya sendiri. Walaupun pada akhirnya semua harus dapat dipertanggungjawabkan ketika dihadapkan pada medan seni. Referensi Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung Penerbit ITB. Soedarso, SP. 2006. Trilogi Seni – Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta Badan Penerbit ISI Yogyakarta Tolstoy, Leo. 1996. What is Art?. Cambridge Hackett Publishing. edu .OUTLINE of TOLSTOY’S WHAT IS ART?. Minnesota State University Moorhead site, Diakses 27 Januari 2018. Graham, Gordon. 1997. Philosophy of the Arts. Repository KNC India, Diakses tanggal 2018-01-22, Cabang-Cabang Seni – Keberadaan seni selalu berkaitan erat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Seni telah berkembang dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal tersebut karena manusia dapat menjadi subjek sekaligus objek dalam sebuah seni. Sama seperti disiplin ilmu lain yang memiliki cabangnya tersendiri, seni juga memiliki hal semacam itu. Pola sajian dalam cabang-cabang seni pasti kerap Grameds temui atau bahkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa saja ya cabang-cabang seni itu? Apakah setiap cabangnya memiliki fungsi bagi kelangsungan hidup manusia? Dan apa contoh cabang-cabang seni itu secara nyata? Supaya Grameds lebih memahaminya, yuk simak ulasan berikut mengenai apa saja cabang-cabang seni itu! Pengertian SeniCabang-Cabang Seni1. Seni Rupa Visual Art Contoh Seni Rupa2. Seni Musik3. Seni TariContoh Seni Tari di Indonesia4. Seni DramaContoh Seni Drama di Indonesia5. Seni BudayaContoh Seni Budaya di IndonesiaRekomendasi Artikel Terkait Menurut KBBI, seni memiliki arti karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, dan ukiran.’ Sebenarnya, definisi mengenai seni itu universal dan menjadi polemik yang terus-menerus berlanjut. Menurut Selo Sumardjan, seni adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menciptakan impuls melalui salah satu unsur panca indera atau mungkin juga melalui kombinasi dari berbagai unsur panca indera, menyentuh rasa halus manusia dan lingkungan sekitarnya, sehingga melahirkan nilai-nilai keindahan pada impuls tadi. Sementara menurut Parker, seni merupakan ekspresi, suatu ungkapan, suatu maksud, dan perasaan yang tidak semata-mata dilakukan untuk tujuan praktis saja tetapi juga tujuan estetis. Lalu, menurut Sapirin, seni meliputi keseluruhan hal yang dapat menimbulkan getaran akan rasa keindahan pada manusia. Selain mengutamakan keindahan, seni ternyata juga dapat berpengaruh bagi pembelajaran dan pengembangan karakter suatu individu, lho… Cabang-Cabang Seni Seni memiliki cabang-cabangnya tersendiri, yakni seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, dan seni budaya. Supaya lebih memahaminya, yuk kita bahas masing-masing cabang seni rupa ini! 1. Seni Rupa Visual Art Seni rupa atau visual art merupakan salah satu cabang seni yang mengandalkan mata sebagai alat untuk mengamatinya. Mengapa indera penglihatan mata menjadi alat utama untuk mengamati seni rupa? Jawabannya adalah seperti yang dikemukakan oleh Sahman “Padanan kata seni rupa di dalam bahasa Inggris adalah Visual Art. Pada visual art, peranan mata sangat menentukan apakah dalam proses mencipta sejak dari pengamatan sampai kepada visualisasi gagasan, ataupun dalam proses apresiasi produk visualisasi itu. Orang yang buta warna, walaupun sepintas lintas matanya tampak beres-beres saja, tidak akan mampu menjadi perupa atau apresiator karya seni rupa yang kompeten.” Pendapat tersebut memang dinilai diskriminatif, karena pada kenyataannya, individu yang memiliki buta warna bahkan dapat menghasilkan sebuah karya seni rupa, walaupun memerlukan pendekatan tersendiri dalam upaya apresiasi karya-karyanya. Menurut Oswald Kulpe dalam “Garis Besar Estetika”, seni rupa dibagi atas tiga wujud, yakni Dua dimensi, yang memiliki unsur-unsur garis, cahaya, warna, bentuk, dan gerak. Contohnya seni lukis dan gambar. Tiga dimensi, yang memiliki unsur seperti dua dimensi tetapi terdapat unsur tambahan yang lebih menonjol yakni volume. Contohnya seni pahat dan ukir. Perpaduan antara unsur permukaan dan bentuk, contohnya seni arsitektur dan pertamanan. Berdasarkan fungsinya, seni rupa dibagi atas seni murni fine art yang lebih mengutamakan “keindahan” daripada kegunaannya; dan seni terapan applied art yang dibuat untuk tujuan praktis kehidupan manusia. Contoh Seni Rupa Seni lukis dan gambar termasuk dalam fine art atau seni murni yang lebih mementingkan nilai keindahan. Seni terapan atau applied art biasanya lebih mengutamakan tujuan penggunaan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya lemari, kursi, meja, dan lain-lain. 2. Seni Musik Musik adalah salah satu sarana hiburan yang paling populer di kalangan masyarakat saat ini. Musik adalah bunyi yang diterima oleh manusia yang berbeda-beda berdasarkan sejarah, tempat, budaya, dan selera individu. Seni musik adalah karya seni manusia sebagai ungkapan isi hati dan gagasannya yang diwujudkan dalam bentuk bunyi atau suara yang teratur, memiliki irama dan melodi, serta harmonisasi yang dapat menggugah perasaan pendengarnya. Tidak semua jenis bunyi atau suara dapat disebut sebagai seni musik karena hanya dianggap sebagai “seni” apabila memiliki suara yang indah, merdu, dan harmonis sehingga dapat diterima baik di telinga pendengarnya. Seni musik memiliki tiga jenis dalam penerapannya yakni musik tradisional, musik modern, dan musik kontemporer. Musik tradisional menjadi jenis musik yang lahir dan berkembang karena pengaruh budaya, adat istiadat, kepercayaan dan agama dari daerah tertentu serta diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun. Lalu, musik modern adalah jenis musik yang muncul karena adanya budaya baru dan biasanya menggunakan alat yang lebih canggih untuk proses pembuatan instrumentalnya. Sementara Seni musik terbagi berdasarkan genre musiknya, yakni genre klasik, jazz, R&B, rap, reggae, dan lain-lain. Seni musik mempunyai beberapa fungsi di antaranya 1 fungsi religi, 2 fungsi komunikasi, 3 fungsi rekreasi, 4 fungsi komunikasi, 5 fungsi guna, dan 6 fungsi terapi. Bahkan, seni musik juga berperan penting dalam proses pembelajaran yakni membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa, serta membina perkembangan estetika siswa dalam upayanya berkarya seni. 3. Seni Tari Menurut Zahrain, tari adalah salah satu jenis gerak selain senam, bela diri, akrobatik atau pantomime. Sehingga dapat disebut bahwa seni tari adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia yang unik dan indah. Unsur-unsur dalam seni tari secara umum adalah gerak, ritmis, keindahan dan ekspresi. Dalam masing-masing unsur tersebut terdapat keunikan yang mewakili rasa, estetika, dan semangat penarinya. Selain itu, seni tari juga memiliki unsur iringan yang berupa nada, ritme, irama, dan jumlah alat musik yang digunakan dalam proses mengiringi tariannya. Sementara pada unsur-unsur khusus dari seni tari meliputi unsur ruang, tenaga, dan waktu. Ruang ini berkaitan dengan posisi, tingkatan, dan waktu. Posisi misalnya menghadap ke depan, memutar, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, seni tari memiliki beberapa fungsi yakni sebagai sarana upacara sebagai sarana hiburan sebagai media pergaulan sebagai terapi sebagai pendidikan sebagai seni pertunjukan sebagai pengembangan bakat dan minat individu Di Indonesia, seni tari telah berkembang secara turun-temurun menjadi tari tradisional dan dimiliki oleh setiap daerah. Beda daerah beda pula gerakan dan lantunan musik pengiringnya. Misalnya, pada tari tradisional di Jawa dan Yogyakarta, terdapat gerakan tangan khusus seperti ngithing, ngepel, dan ngeruji. Bahkan ada juga beberapa jenis tarian tradisional yang memperagakan aksi kerasukan makhluk halus sebagai bagian penting dari tarian tersebut. Contoh Seni Tari di Indonesia Tari Bapang dari Malang Tari Ganongan yang merupakan bagian dari tari Reog Ponorogo berasal dari Jawa Timur Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur Tari Gandrung dari Banyuwangi, Jawa Timur Tari Singo Ulung dari Bondowoso, Jawa Timur Tari Kecak dari Bali 4. Seni Drama Drama memiliki pengertian secara luas dan sempit. Secara luas, drama bermakna sebagai bentuk tontonan yang memiliki cerita dan dipertunjukkan kepada masyarakat banyak. Sementara secara sempit, drama bermakna sebagai kisah hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung. Dalam seni drama, terdapat dialog dan gerak yang didasarkan pada naskah dengan didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, hingga tata busana. Seni drama merupakan cabang seni yang memuat perpaduan dari sejumlah cabang seni lainnya, yaitu seni sastra berupa naskah ceritanya seni lukis tata rias dan tata panggungnya seni musik dalam musik pengiringnya seni tari dalam gerak-gerik pemainnya seni peran pemeranan tokohnya Seni drama juga berkembang secara turun temurun oleh nenek moyang yang disebut sebagai drama tradisional. Dalam seni drama tradisional, biasanya tidak menggunakan naskah, sehingga watak tokoh, dialog, dan gerak-geriknya bergantung pada pemainnya. Contohnya adalah ketoprak dari Jawa Tengah, Ludruk dari Jawa Timur, Lenong dari Betawi, dan lain-lain. Contoh Seni Drama di Indonesia Seni drama Ludruk dari Jawa Timur Seni drama Ketoprak dari Jawa Tengah 5. Seni Budaya Kata seni dan budaya menjadi dua kata yang berkaitan dan tidak terpisahkan. Hal tersebut karena sebuah seni tercipta dari keberadaan budaya dalam suatu daerah. Seni budaya adalah segala sesuatu yang telah diciptakan oleh manusia atau sekelompok manusia mengenai bagaimana cara hidup berkembang secara bersama di suatu daerah yang memiliki unsur estetika secara turun-temurun. Seni budaya sejatinya telah berkembang secara turun-temurun oleh nenek moyang di Nusantara ini. Bentuk keseniannya muncul dan berkembang di setiap wilayah Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Jenis dari seni budaya nusantara misalnya musik tradisional, tarian tradisional, bahasa tradisional, rumah adat tradisional, dan lain-lain. Keberadaan seni budaya nusantara ini jelas memiliki fungsi nyata bagi kehidupan manusia, yakni fungsi praktis dan fungsi estetis. Dalam fungsi praktis, karya dalam seni budaya dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia secara fungsional. Misalnya kursi, meja, rumah adat, dan lain-lain. Sementara dalam fungsi estetis, karya dalam seni budaya digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dalam hal dekorasi. Misalnya keberadaan candi atau pura dijadikan sebagai kebutuhan ritual masyarakat. Contoh Seni Budaya di Indonesia Rumah Bubungan Tinggi dari Kalimantan Selatan Rumah Lontik dari Jambi Rumah Gadang dari Minangkabau, Sumatera Barat Rekomendasi Artikel Terkait Rumah Adat Aceh Rumah Adat Sumatra Aceh Nama Tarian Daerah di Indonesia Ragam Budaya Sunda Alat Musik Melodis Alat Musik Ritmis Macam Alat Musik Modern dan Tradisional Jenis Genre Musik ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien teori seni mengacu pada disiplin akademis yang mencakup seluruh representasi ekspresi artistik, dimulai dengan pertimbangan dan persetujuan mereka dalam semua gaya seni. Indeks1 Apa itu Teori Seni?2 teori seni dalam Teori utama seni3 Konsep seni dalam peradaban Zaman Kuno dan Abad Zaman Zaman Abad Abad ke dua puluh4 Teori seni dan penulis paling signifikan5 Sinopsis teori seni rupa Apa itu Teori Seni? Kata seni berasal dari bahasa Latin ars, yang mirip dengan kata Yunani , téchne, di mana "teknik" berasal. Pada awalnya itu diterapkan pada segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia dan berbagai aktivitas dan tahu bagaimana melakukannya. Teori seni juga didefinisikan sebagai teori sore hari, menjadi metode akademis yang mencakup semua representasi dari manifestasi artistik yang berbeda dari fenomena artistik dan karya seni. Ini dimulai dengan apresiasi atau penerimaannya dalam semua aspeknya di semua genre seni dengan lebih menekankan pada yang dikenal sebagai seni rupa yang mengandung seni virtual, lukisan, patung dan arsitektur, membaca, musik, seni pertunjukan dan banyak lainnya. . Seni terapan yang terkenal juga digambarkan sebagai seni minor, seni dekoratif atau seni dan kerajinan yang sejak sejarahnya dianggap kecil, serta kerajinan lainnya dan, karena kesulitan, seni liberal yang paling dihargai. Namun, sejak akhir abad ke-XNUMX, gerakan Seni dan Kerajinan telah pulih, dan sejak abad ke-XNUMX, mereka telah memperoleh label garis besar, yang telah digeneralisasikan ke ruang apa pun dan generasi atau konten layanan, adalah diekspos dalam bahaya digunakan tanpa penilaian dan secara sewenang-wenang, bahkan tidak masuk akal, mengubah konten aslinya. Teori seni menggambarkan aspek ini dari topik teoritis dan normatif, menyediakan metode untuk menemukan konsep karya mereka. Di dalam wilayah filosofis itulah dapat ditetapkan masing-masing versi teori seni rupa. Hal ini sangat terkait dengan analisis yang berbeda dalam estetika, karena fakta bahwa setiap pertimbangan sehubungan dengan sifat dan fungsi seni itu sendiri ditemukan pada batas disiplin demarkasi yang rumit ini. Mengamati teori seni, dari aplikasi individu atau sosial dapat digambarkan sebagai kesenangan artistik. Teori seni dianggap sebagai studi analitis dan kritis terhadap karya seni, terlepas dari bidangnya. Mereka dibagi menjadi teori seperti sastra, teori musik dan lain-lain. Mereka telah mempertahankan sepanjang sejarah mereka bahwa karya seni dapat memiliki banyak alasan, semuanya tergantung pada yang melihatnya. Teori seni telah berusaha untuk memberikan cara yang berbeda untuk menafsirkan, menurut biografi penulis, tema sosiokultural di mana karya itu dikembangkan, tergantung pada penampilan formalnya, hubungannya dengan karya lain, dan pendapat yang ditinggalkannya. kepada pengamat. . Teori seni tetap terkait dengan perkembangan teori lain di bidang lain, seperti halnya psikologi. Memberikan sekilas pemikiran Freud dan Jung, yang mengungkap referensi baru untuk memahami karya-karya yang sudah ada dan yang akan datang. Dapat dilihat bahwa konsep seni rupa telah dimodifikasi selama bertahun-tahun, dengan mengutamakan beberapa, mengandung atau menghilangkan banyak yang saat ini diklasifikasikan sebagai seni. Adalah kasus bahwa selama Abad Pertengahan mereka berpikir bahwa satu-satunya hal yang penting adalah tujuh seni liberal tata bahasa, pidato, dialektika, musik, aritmatika, geometri dan astronomi. Banyak di antaranya saat ini termasuk dalam ilmu alam, memandang patung, lukisan, dan arsitektur sebagai kerajinan. Namun, dengan kedatangan Renaisans, konsep tersebut diubah, menonjolkan kinerja penulis dan seni menjauh dari sains dan perdagangan. Setelah semua ini, historiografi dan kritik seni muncul, serta pameran dan penghargaan. Namun, kategori seni yang berbeda pada abad ke-XNUMX menjadi satu ikatan yang besar karena seni maju dan kemudian dengan seni modern, karena pertumbuhan seni serial dan karya dalam format lain seperti pertunjukan avant-garde. teori seni dalam sejarah Mengenai bagian ini, ada peringatan tertentu, seperti kasus peradaban Cina di mana teori kebiasaan seni sejak awal abad ke-XNUMX, menjadi Enam Prinsip Lukisan oleh Xie He, sebagian besar produksi tertulis tentang teori seni, secara historis milik peradaban Barat. Kami mengundang Anda untuk membaca Sastra Amerika Hispanik Sejak awal prasejarah, karya seni telah dianggap memiliki makna yang tepat, yang berarti memiliki kegunaan, baik praktis maupun fantastis, bagi mereka yang mengeksekusinya. Elaborasi sebuah karya seni tidak tunduk pada efek ornamen setiap saat. Sejarah teori seni mengatakan bahwa bukti artistik pertama ditemukan pada patung Cro Magnon karena mereka adalah cara berkomunikasi dan mengekspresikan diri, serta memiliki sebagian besar sihir dan intervensi oleh dukun. Jadi, seniman pertama, dukun suku, yang mendedikasikan diri untuk menghubungi energi alam untuk menghasilkan kebaikan atau kejahatan. Teori utama seni Dalam teori-teori utama seni rupa, beberapa di antaranya dapat disebut sebagai yang utama, yaitu teori biografi Mengacu pada orang yang bertugas mempelajari suatu karya seni, dari konsep biografis pengarangnya. Teori formalis Yang didedikasikan untuk mempelajari sebuah karya seni, dari unsur-unsur formal yang menyusunnya, seperti warna, struktur, cahaya dan lain-lain. Teori ikonografi Demikian juga, dikenal sebagai ikonologi, itu adalah teori yang bertugas mempelajari sebuah karya seni dari lambang, alegori atau gambar yang melambangkan kejahatan, kebajikan dan elemen alam atau moral lainnya. Teori sosiologi Dimana sebuah karya seni dipelajari sebagai elemen masyarakat tertentu. Teori psikologi Bertanggung jawab untuk mempelajari dan menganalisis sebuah karya seni dalam aspek psikologisnya. Teori Strukturalis Yang bertugas mempelajari suatu karya seni dari keterkaitannya dengan bagian-bagiannya sendiri atau unsur-unsurnya sendiri. Konsep seni dalam peradaban barat Apa yang mendefinisikan seni dalam peradaban Barat dianggap terbuka, intrinsik, dan kontroversial. Tidak ada kesepakatan universal di antara para ulama tentang hal ini, seperti sejarawan, filsuf, atau seniman. Selama keberadaannya, sejumlah konsep seni telah dikandung, yang layak disebut sebagai Thomas Aquinas berpendapat "seni adalah urutan akal yang benar" Schiller, mengungkapkan "seni adalah yang menetapkan aturannya sendiri" Max Dvořák, “seni adalah gaya” John Ruskin, "seni adalah ekspresi masyarakat" Adolf Loos, "seni adalah kebebasan jenius" Marcel Duchamp, "seni adalah idenya" Jean Dubuffet, "seni adalah hal baru" Joseph Beuys, "seni adalah tindakan, hidup" Dino Formaggio, "seni adalah segala sesuatu yang disebut manusia sebagai seni" Wolf Vostell, "seni adalah hidup, hidup adalah seni" Dengan berjalannya waktu, konsep seni berubah, Renaissance, seni hanya dianggap sebagai seni liberal, arsitektur, patung dan lukisan dilihat sebagai "kerajinan". Sejak awal, seni telah menjadi salah satu cara paling penting yang digunakan untuk mengekspresikan emosi manusia, serta ide dan perasaan mereka, dan cara yang paling dicari untuk terhubung dengan dunia. Niat utamanya mungkin berbeda dari yang paling umum hingga yang paling estetis, mungkin mengandung aspek religius, atau sekadar hiasan, mungkin permanen atau cepat berlalu. Pada abad ke-XNUMX, rasa esensial dan material tertinggal seperti yang dinyatakan Beuys, bahwa hidup adalah sarana ekspresi artistik, menonjolkan apa yang vital, tindakan. Jadi setiap orang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang seniman. Kemudian, juru masak, tukang kebun, pembangun, pelukis atau penyair dapat dianggap sebagai seniman. Dengan berlalunya waktu, bifurkasi Latin ar seni, digunakan untuk menyebut disiplin ilmu yang terkait dengan seni estetika dan gerak; dan garpu Yunani téchne teknik, untuk disiplin ilmu yang terkait dengan produksi intelektual dan artikel penggunaan. Saat ini, sulit untuk menemukan bahwa kedua istilah seni dan teknik, rumit atau digunakan sebagai sinonim. Zaman Kuno dan Abad Pertengahan Dari awal filsuf Yunani Plato, hingga abad ke-XNUMX, penerimaan umum tetap ada dalam sastra berbudaya, dalam isinya, apa yang dirujuk seni dan apa yang dimaksudkan, referensinya dari awal adalah Poetics of Aristoteles, dan kemudian bahasa Latin. buku dari arsitek Marco Vitruvio Polión atau sastra Publio Terencio Afro atau Tito Maccio Plauto. Imitasi alam, yang dalam estetika dan puisi klasik menetapkan inti seni, dan identifikasi yang indah dengan prinsip-prinsip keaslian dan kasih sayang, dulunya merupakan ide yang paling dikenal. Selama Zaman Kuno Akhir, evangelisasi, yang mengacu pada rekonsiliasi Neoplatonisme dengan tulisan-tulisan suci melalui patrologi, yang berarti studi tentang kehidupan, karya dan doktrin para bapa Gereja, menempatkan seni di bawah kecurigaan, serta segala sesuatu yang material. Selama abad pertengahan, berbagai bentuk penghargaan dan penghinaan terhadap seni dapat diamati, yang secara berlebihan mencapai ikonoklasme periode tertentu seni Bizantium dan hilangnya seni representasional dalam seni Islam. Selama zaman Yunani-Romawi klasik, sebagai salah satu kelahiran utama peradaban Barat dan budaya pertama yang berpikir tentang seni, ia mempertahankan konsep seni sebagai keterampilan manusia, yang ia tampilkan dalam aspek apa pun selama itu. produktif. Ini dilihat sebagai sinonim untuk keterampilan apa yang mereka anggap keterampilan untuk dimiliki adalah membuat objek, memimpin pasukan, membujuk publik untuk berpartisipasi dalam debat, atau mengembangkan kegiatan pertanian. Artinya, keterampilan apa pun yang mengikuti aturan, norma tepat waktu yang mengarah pada pembelajaran, kemajuan, dan kesempurnaan teknis. Sedangkan puisi, yang menjadi ciri khas inspirasi, tidak dianggap sebagai seni. Jadi, Aristoteles mengkonseptualisasikan seni sebagai "disposisi permanen untuk menghasilkan sesuatu dengan cara yang rasional", sementara Quintilian mendefinisikan "bahwa itu didasarkan pada metode dan tatanan". Filsuf Plato, dalam Protagoras, menyebutkan seni berkomentar bahwa itu adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas melalui penggunaan kecerdasan dan pembelajaran. Demikian juga, Platon mempertahankan seni memiliki arti umum, menjadi kapasitas dan kemampuan kreatif manusia. Casiodoro de Reina, seorang religius Hieronymite Spanyol, menekankan bahwa seni dalam semua isinya adalah produktif sesuai dengan norma dan aturan, menunjukkan tiga tujuan penting seni seperti pengajaran, doceat; pindahkan, pindahkan, dan tolong, hapus. Zaman modern Renaisans abad kelima belas dan keenam belas, serta mengizinkan persetujuan sosial dari seniman dalam bidang humanis yang merenungkan secara imajinatif tentang seninya sendiri, dianggap sebagai meremehkan seni abad pertengahan, didiskreditkan sebagai Gotik, dan spekulasi Yunani-Romawi zaman klasik. , terutama yang direkonstruksi sebagai ajarannya. Semua aspek ini didirikan dan didirikan dengan klasisme milik abad ketujuh belas dan kedelapan belas di sekolah-sekolah akademik yang disebut akademik. Adapun Revolusi Perancis, itu mewakili modifikasi konsep ini, sebagai cara analog dengan kehancuran Rezim Lama, dan serbuan apa arti kebebasan dalam seni ditempatkan di tangan Romantisisme, yang definisi keindahannya juga terkandung. deklinasi kewalahan yang berarti novel gothic atau lukisan hitam Francisco de Goya. Pada masa Renaisans, transformasi mentalitas mulai dibangkitkan, memisahkan perdagangan dan ilmu pengetahuan dari seni, dimana puisi untuk pertama kali dikandungnya, yang untuk itu dikualifikasikan sebagai filsafat atau bahkan nubuatan. Ini adalah sesuatu yang menentukan penerbitan pada tahun 1549 terjemahan bahasa Italia dari Aristoteles's Poetics. Untuk transformasi ini, aspek sosial seniman Renaisans ikut campur, lebih dihargai daripada yang sebelumnya, karena produksinya yang rumit yang memperoleh status baru produk yang berorientasi pada konsumsi dekoratif. Semuanya karena keuntungan yang dimiliki oleh orang-orang terkemuka dan kaya asal Italia untuk keindahan dan keagungan yang juga diamati sebagai cara untuk menonjol secara sosial, meningkatkan manfaat artistik dan mempromosikan koleksi. Maka lahirlah berbagai risalah teoretis yang berkaitan dengan subjek seni dalam situasi ini, seperti yang dilakukan oleh Leon Battista Alberti, De Pictura, 1436-1439; Dari re aedificatoria, 1450; dan De Statua, 1460, atau The Commentaries, 1447, oleh Lorenzo Ghiberti. Alberti memperoleh pengaruh Aristotelian mencoba berkontribusi dengan landasan ilmiah mengenai seni. Dia berbicara tentang kesopanan, cara seniman mengadaptasi tujuan dan tema artistik ke tampilan yang pendiam dan perfeksionis. Ghiberti, yang pertama kali mengenali sejarah seni, membedakan kuno klasik, periode abad pertengahan, menyebutnya "renaisans seni". Dengan dimulainya tingkah laku, gaya artistik, seni kontemporer dimulai unsur-unsur tidak ditampilkan sebagaimana adanya tetapi seperti yang divisualisasikan oleh seniman. Aspek keindahan tidak dipentingkan, keindahan Renaisans yang khas tetap dipertahankan, yang berbasis ilmu pengetahuan, hingga berbagai keindahan gaya tingkah laku, yang berasal dari alam. Kemudian, muncullah elemen baru imajinasi dalam seni, yang memamerkan kehebatan dan kehebohan, seperti yang bisa dibuktikan dalam karya Brueghel atau Arcimboldo. Giordano Bruno, filsuf, yang merupakan salah satu yang pertama mengantisipasi ide-ide modern, menyatakan bahwa penciptaan tidak terbatas, tidak ada pusat atau batas, semuanya bergerak, semuanya dinamis. Bruno berpendapat bahwa ada seni sebagai seniman, memasukkan pemikiran orisinalitas seniman, seni tidak mengenal aturan, tidak dipelajari, itu datang melalui inspirasi. Kemajuan berikutnya dibuat selama abad kedelapan belas dengan Peradaban. Beberapa independensi tema artistik mulai dimunculkan seni menjauh dari agama dan personifikasi kekuasaan menjadi cerminan jujur ​​karakter seniman, sehingga terkonsentrasi pada kualitas perseptif karya dan bukan pada maknanya sendiri. Jean-Baptiste Dubos, pendeta Prancis, diplomat, dan filsuf, dalam Refleksi Kritis, tentang konsep puisi dan lukisan, pada tahun 1719, membuka jalan bagi pragmatisme kesenangan, mempertahankan bahwa estetika tidak datang dari akal tetapi melalui perasaan. dan emosi. Jadi, dengan cara ini, bagi Dubos, seni menggairahkan, mengalir ke roh secara langsung dan cepat, daripada pengetahuan rasional. Dubos mencapai kebebasan untuk memilih apa yang menyenangkan individu, menentang aturan yang ditetapkan oleh akademi dan memasukkan citra "jenius" sebagai esensi alam, yang melampaui peraturan dan standar. Zaman kontemporer Dihadapkan dengan berbagai teori seni, yang umumnya bertentangan, referensi yang dibicarakan oleh historiografi seni ditambahkan, yang telah menjadi pendidikan universitas, yang telah dilihat secara dominan oleh banyak penulis bahasa Jerman, yang mengubah sejarah seni. menjadi ilmu sosial. Kritik seni juga telah diposisikan sebagai fungsi yang sangat terkait dengan perdagangan seni, seperti halnya kritik sastra dalam konteks editorial, dan kritik musik dalam bisnis hiburan, yang dikenal sebagai bisnis pertunjukan. Representasi kesenangan akademis dalam penghargaan dan pameran seperti Paris Salon ditentang oleh pertemuan opsional seperti Salon des Refusés, yang mengacu pada Salon Orang yang Ditolak pada tahun 1863, yang seiring waktu secara bertahap membentuk definisi baru seni independen yang juga dilembagakan, hasil tunduk pada kritik baru dan perbedaan pendapat generasi. Setelah pecahnya skema artistik yang diterima oleh impresionisme pada akhir abad ke-XNUMX, dan kemajuan artistik abad ke-XNUMX, di mana masing-masing dari mereka dengan teori sadar mereka sendiri dan ruang mereka sendiri di dalam seni yang melalui tampilan, konsep-konsep baru seni modern dan seni kontemporer didirikan. Seni rupa modern bukan tentang seni Zaman Modern, itu adalah apa yang kita kenal sebagai seni rupa kontemporer, sebenarnya tidak semua seni rupa kontemporer, melainkan bahwa secara estetis mengarah pada persyaratan tak terbatas yang merinci jeda estetika terhadap akademis. Hal ini tidak diusung dengan modernitas, melainkan dengan penerapan konsep kebebasan seni. Pertimbangan teoretis tentang seni, terus ditunjukkan sebagai salah satu tujuan utama pemikiran dan filsafat, terutama di bagian pertama abad ke-1918, bertindak sebagai perubahan substansial bagi seni rupa kontemporer, serta bagi masyarakat kontemporer, yang disebut industri. , masyarakat massa atau konsumen, dalam isi sejarah perang selama tahun 1939 sampai 1929 revolusi Soviet, fasisme; dan krisis tahun XNUMX. Mewujudkan dirinya dalam definisi baru, banyak dengan kekerasan dialektis, sebagaimana dibuktikan dalam seni murni dan seni kontemporer, seni yang tidak tertarik, seni yang tidak manusiawi. Abad XIX Romantisme yang lahir di Jerman pada akhir abad ke-XNUMX bersama dengan gerakan Sturm und Drang yang terkenal, keluar sebagai pemenang dengan gagasan seni yang berkembang secara alami dari individu, menumbuhkan rasa jenius, dengan seni mereka memiliki kebebasan untuk mengekspresikan emosi mereka sebagai seniman yang mulai mengubah fakta atau hal menjadi mitos. Banyak pakar yang memberikan tugas kepada diri mereka sendiri untuk memberikan refleksi mereka sendiri tentang apa arti seni, seperti Novalis dan Friedrich von Schlegel, yang menyatakan dalam majalah terkenal Athenäum, yang merupakan editor mereka sendiri, di mana ekspresi pertama otonomi seni muncul. menyatu dengan alam. Bagi kedua penulis ini, bagian intrinsik seniman dapat ditemukan dalam karya seni, serta bahasa alaminya sendiri untuk mengekspresikan dirinya. Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman, menawarkan karya ketiganya Dunia sebagai kehendak dan representasi teori seni seni adalah cara untuk melarikan diri dari keadaan ketidakbahagiaan manusia. Dia membandingkan pengetahuan dengan penciptaan artistik, menjadi cara terdalam untuk mengetahui. Seni adalah mediasi yang terjadi antara kehendak dan hati nurani, antara objek dan subjek, memperoleh keadaan mistisisme dan ketenangan. Kesadaran estetika adalah keadaan mistisisme yang tidak tertarik, di mana segala sesuatu diamati dan bersinar dalam keterusterangannya yang paling halus dan mendalam. Seni diungkapkan dari bahasa intuisi dan bukan refleksi, itu adalah pelengkap filsafat, etika dan agama. Dimediasi melalui filsafat Timur, ia mengungkapkan bahwa manusia bebas dari upaya untuk hidup, dari keinginan, yang berasal dari euforia. Seni adalah ekspresi untuk menyingkirkan keinginan, dan untuk dapat menjangkau melampaui "aku" itu sendiri. Wilhelm Richard Wagner, komposer, mampu mengumpulkan ambivalensi, yaitu dua interpretasi yang dapat diuraikan antara perseptif dan spiritual dari Arthur Schopenhauer, filsuf Jerman dalam Opera dan drama selama tahun 1851. Menurut pendekatan Wagner, maksud dari "karya seni total", istilah Jerman Gesamtkunstwerk, sebuah konsep yang dikaitkan dengan komposer opera Richard Wagner. Di sini dibuat sinopsis konsep puisi, kata dipandang sebagai unsur maskulin, sedangkan musik dipandang feminin. Dia menganggap bahasa primitif efektif untuk vokal, sementara mengamati konsonan adalah elemen yang masuk akal, sehingga masuknya musik ke dalam kata dipandang sebagai kembalinya kecerdikan bahasa yang asli. Pada akhir abad ke-XNUMX, estetisisme muncul, sebagai reaksi terhadap materialisme dominan yang ada saat itu, serta perusakan dan keserakahan zaman industri. Kemudian, muncul sebuah gaya yang memberikan seni, sekaligus keindahan, kemandirian tertentu, yang disatukan dalam rumusan Théophile Gautier “seni untuk seni” L'art pour l'art, sampai-sampai berbicara tentang “ agama estetika. Perilaku ini berusaha membuat seniman memisahkan diri dari masyarakat untuk mencapai bentuk independen dari inspirasi otentiknya yang hanya membiarkan dirinya terbawa dalam pencarian keindahan yang jauh dari unsur moral. Ini menjadi satu-satunya cita-citanya untuk menjadi seorang seniman, yang menjalani hidupnya sendiri seolah-olah itu adalah karya seni yang spektakuler, seperti yang terlihat dalam karya pesolek itu. Di antara para pemikir utama gerakan itu, adalah Walter Pater, kritikus sastra, dan sejarawan seni, yang ikut campur dalam dekadensi Inggris yang terkenal, menangkap dalam karya-karyanya, kehidupan seniman harus dijalani dengan penuh semangat, tetapi mencapai keindahan sebagai satu-satunya ideal. Menurut Pater, ia menunjukkan bahwa rasa seni memvisualisasikannya sebagai "lingkaran ajaib keberadaan", sebagai alam semesta yang terpisah dan bebas, yang hanya dalam jangkauan kesenangan, mempersiapkan filosofi keindahan yang sejati. Charles Pierre Baudelaire, penyair Prancis, penulis esai, kritikus seni dan penerjemah, adalah salah satu tokoh sastra pertama yang mengabdikan dirinya untuk menyelidiki hubungan antara seni dan era industri yang baru muncul, mengantisipasi awal dari "keindahan modern" ada yang abadi dan keindahan mutlak, setiap konsep keindahan memiliki unsur abadi dan sementara, final dan individual. Kecantikan seharusnya datang dari gairah, dan setiap orang memiliki semangat khusus mereka sendiri, yang juga memiliki definisi unik mereka sendiri tentang apa itu kecantikan. Dalam kaitannya dengan seni, keindahan di satu sisi memanifestasikan rasa "subsisten abadi", yang dilihat sebagai "jiwa seni", sementara di sisi lain elemen analog dan kasual, yang menjadi "tubuh seni". seni". Maka ditemukanlah dualisme seni sebagai ekspresi dari dimorfisme yang dimiliki manusia, yang selalu menunggu kepuasan sempurna menghadapi semangat yang membawanya. Charles Pierre Baudelaire, penyair, penulis esai dan kritikus seni, berpendapat tentang seni sebagai definisi neo-Platonis keindahan yang berarti bahwa ia berasal dari aliran Filosofis doktrin Plato; sebagai keinginan manusia untuk mencapai cita-cita maksimal, yang dapat dicapai melalui seni. Seniman digambarkan sebagai "pahlawan modernitas", karakteristik utamanya adalah nostalgia, keinginan untuk keindahan yang sempurna. Berbeda dengan estetika, pendekatan ideologis untuk estetika dan keindahan mutlak, filsuf Perancis, kritikus dan sejarawan, Hippolyte Adolphe Taine, menciptakan teori sosiologis seni di mana ia memanifestasikan dalam karyanya Filsafat Seni, pada tahun 1865 hingga 1869, menerapkan seni untuk determinisme, doktrin filosofis, yang didasarkan pada ras, konten dan waktu. Bagi filsuf Taine, konsep estetika dan "ilmu seni" bekerja seperti aktivitas ilmiah lainnya, atas dasar langkah-langkah yang beralasan dan eksperimental. Demikian pula, filsuf dan penyair Prancis Jean-Marie Guyau Tuillerie, memanifestasikan dalam Masalah estetika kontemporer tahun 1884, dan Seni dari sudut pandang sosiologis tahun 1888, sebuah visi di mana seni berkembang, ia juga mempertahankan bahwa seni itu ditemukan dalam kehidupan. , dan itu berkembang seperti kehidupan. Sebagaimana kehidupan manusia diatur dalam aspek sosial, seni harus menjadi cerminan masyarakat itu sendiri. Ketika berbicara tentang estetika sosiologis, dapat dikatakan bahwa ia memelihara hubungan yang kuat dengan realisme bergambar dan dengan gerakan politik kiri, dengan penekanan khusus pada sosialisme utopis, di mana beberapa penulis seperti Henri de Saint-Simon, filsuf Prancis, ekonom dan sosial ahli teori ; François Marie Charles Fourier, seorang sosialis Prancis, dan Pierre-Joseph Proudhon, seorang filsuf dan politisi revolusioner Prancis, menjaga aktivitas sosial seni, sebagai dukungan untuk pengembangan masyarakat, menggabungkan keindahan dan utilitas secara keseluruhan dalam harmoni yang sempurna. Demikian juga, dapat dilihat bahwa di Inggris, karya penulis Inggris, kritikus seni dan sosiolog, salah satu master besar prosa Inggris, menyumbangkan pendekatan fungsionalis pada seni di batu-batu Venesia, dari tahun 1851 hingga 1856 Ruskin melaporkan kehancuran keindahan dan penyebaran seni yang telah dilakukan oleh masyarakat industri, serta penghinaan kelas proletar, melindungi karya seni sosial. Pada tahun 1879, seni rakyat, meminta agar perubahan dilakukan dalam ekonomi dan masyarakat, mengklaim seni "dibuat oleh rakyat dan untuk rakyat". Di sisi lain, Morris, pencipta gerakan Seni & Kerajinan, mendukung seni fungsional dan praktis yang memenuhi kebutuhan material, tetapi tidak memenuhi kebutuhan spiritual. Mereka muncul dalam teks-teks, tahun 1882 hingga 1884, yang mengacu pada estetika, dan The Ends of Art of 1887, menetapkan definisi seni utilitarian, tetapi, terlepas dari sistem produksi yang sangat teknis, dekat dengan konsep sosialisme. dengan korporatisme abad pertengahan. Di sisi lain, fungsi seni dikritik oleh penulis Rusia Lev Tolstoy siapa yang mengatakan dalam apa itu seni?, tahun 1898, mengungkap pembenaran sosial seni, subjek di mana seni, sebagai bagian dari ekspresi, hanya diperbolehkan jika perasaan yang ditransfernya dapat dibalas dengan partisipasi semua manusia. Tolstoy menyatakan bahwa satu-satunya pembenaran yang sah adalah intervensi seni untuk mencapai kesatuan manusia dianggap bahwa sebuah karya seni hanya dapat memiliki nilai sosial ketika benar-benar mentransfer nilai-nilai persahabatan, yang menerjemahkan perasaan dan emosi yang merangsang persatuan kota. Selama masa itu proses mempelajari seni dalam psikologi dimulai. Sigmund Freud, seorang ahli saraf Austria, memulai dengan praktik psikoanalisis dalam seni dalam A Childhood Memory karya Leonardo da Vinci, dari tahun 1910, melindungi seni sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan kerinduan, dorongan yang dihambat dengan cara yang lebih besar. Dia berpendapat bahwa seniman adalah simbol narsis, yang paling dekat dengan anak, yang menunjukkan keinginannya dalam seni, dan dia berpendapat bahwa karya seni dapat dianalisis seperti mimpi, dan penyakit mental, dengan praktik psikoanalisis. . Ini didasarkan pada metode semiotik, yang berarti mempelajari tanda-tanda yang berbeda. Demikian pula Carl Gustav Jung, seorang psikiater, psikolog, dan penulis esai Swiss, mengaitkan psikologi dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu filsafat, sosiologi, agama, sastra, dan seni. Dapat dilihat dalam kontribusinya pada psikologi analitik dari tahun 1928, ia merekomendasikan bahwa elemen tanda yang hadir dalam seni diperlakukan sebagai "gambar primordial", atau "arketipe", yang pada dasarnya terbenam dalam "bawah sadar kolektif". ” di dalam diri manusia. Wilhelm Dilthey, filsuf Jerman, sejarawan, sosiolog, psikolog dan hermeneutik, memanifestasikan dirinya dari pendekatan estetika budaya, sebuah teori tentang kesatuan seni dan kehidupan. Mengantisipasi kemajuan seni rupa, Dilthey menduga bahwa di penghujung abad ke-XNUMX, seni rupa mulai menjauh dari norma-norma akademis, dan bagaimana ia memulihkan dengan kekuatan besar partisipasi publik, yang memiliki energi untuk mengabaikan atau memuji karya seni. artis tertentu. . Dia mampu mencapai "anarki rasa" di semua kelompok seni ini, yang dia kaitkan dengannya sebagai transformasi sosial dari interpretasi keaslian, namun dia dapat melihat bahwa itu sesaat, jadi sangat penting untuk menemukan "a hubungan yang sehat antara pemikiran estetika dan seni". Dengan cara ini, ia memberikan "ilmu tentang roh" sebagai perlindungan untuk seni, secara eksklusif subjek psikologi pelatihan artistik adalah karena penelitian dengan definisi psikologi ilusi. Dalam Kehidupan dan puisi tahun 1905, ia menunjukkan epik sebagai ekspresi kehidupan, sebagai pengalaman, yang mengungkapkan realitas eksternal kehidupan. Jadi, kreasi seni memiliki tujuan untuk mengintensifkan visi terhadap dunia luar, menampilkan dirinya sebagai satu kesatuan yang logis dan bermakna. Abad ke dua puluh Selama abad ke-XNUMX, sebuah inovasi primordial tentang konsep seni telah dibayangkan kemajuan ide-ide rasionalis kebijaksanaan, yang mengarah pada konsep-konsep yang bersifat subjektif dan pribadi, dari gerakan romantis dan menentukan dalam karya penulis seperti Kierkegaard dan Nietzsche, yang membayangkan pemutusan dengan tradisi dan rebound dari keindahan klasik. Definisi realitas dikritik oleh teori-teori ilmiah baru-baru ini subjektivitas waktu Bergson, relativitas Einstein, mekanika kuantum, dan banyak lainnya. Namun, di sisi lain, teknologi baru mengubah seni menjadi berbagai fungsi, seperti halnya fotografi dan sinema, yang bertanggung jawab untuk menampilkan kebenaran. Semua elemen ini umum awal seni abstrak, seniman, pada saat ini, tidak mencoba untuk menunjukkan realitas, apa yang ia cari adalah untuk menunjukkan dunia batinnya, menunjukkan perasaannya. Saat ini, seni memiliki fluktuasi yang terus-menerus menuju kesenangan, dan ditransformasikan secara paralel di perusahaannya seperti yang terjadi dengan seni klasik yang didasarkan pada filosofi ide yang tidak dapat diubah, seni saat ini menemukan kesenangan dalam hati nurani sosial dari kesenangan, yaitu budaya massa. Demikian pula, minimasi tingkat lanjut buta huruf harus diapresiasi, karena pada zaman legendaris, ketika mayoritas penduduk belum bisa membaca, seni grafis dulunya merupakan cara terbaik untuk mengkomunikasikan pengetahuan, terutama dalam arti keagamaan, yang tidak penting di abad kedua puluh. Menjadi salah satu manifestasi pertama Marxisme dalam karya Marx, ditunjukkan bahwa seni adalah "superstruktur" budaya, yang didirikan oleh kondisi sosial dan ekonomi orang. Kaum Marxis berpendapat bahwa seni adalah cerminan kebenaran sosial, meskipun Marx sendiri tidak mengamati komunikasi langsung otentik yang hadir antara masyarakat tertentu dan seni yang dihasilkannya. Gueorgui Valentínovich Plejánov, revolusioner Rusia, ahli teori dan propagandis Marxisme, dalam Seni dan Kehidupan Sosial tahun 1912, menetapkan estetika materialis yang menyangkal "seni untuk seni", serta kepribadian seniman yang asing bagi masyarakat. yang melibatkan dia. . Walter Benjamin, filsuf Jerman, kritikus sastra, penerjemah dan penulis esai, sekali lagi mempengaruhi seni evolusi, yang masuk akal baginya, sebagai "puncak dialektika modernitas", penyelesaian esai yang totalitas seni sebagai ekspresi dari dunia sekitarnya. Ia mencoba menafsirkan peran seni dalam masyarakat modern, melakukan penyelidikan semiotik, di mana seni diekspos melalui tanda-tanda yang coba diuraikan manusia tanpa memperoleh hasil yang dianggap menyenangkan. Dalam karya seni, pada masa pengujian atau eksperimen teknis, tahun 1936, cara mengamati teknik-teknik baru reproduksi seni rupa industri, dapat mengubah makna seni, ketika kehilangan fokus pada satu objek, dan sebenarnya kemegahan kesopanan mitosnya, yang memungkinkan terbukanya jalan baru untuk mengakui seni, masih terisolasi untuk Benjamin, bagaimanapun, dengan hubungan yang lebih bebas dan terbuka dengan karya seni. Theodor Ludwig Wiesengrund Adorno, seorang filsuf Jerman, serta Benjamin, yang berasal dari Sekolah Frankfurt, melindungi seni avant-garde sebagai respons terhadap teknologi kolosal masyarakat modern. Dia mempertahankan dalam Teori Estetikanya tahun 1970, dia menyatakan bahwa seni adalah kecemerlangan dari hobi budaya masyarakat, meskipun itu belum menjadi cerminan yang setia darinya. Karena seni menunjukkan yang tidak ada, yang tidak nyata, atau yang gagal, itu menunjukkan apa yang ada, tetapi dengan kemungkinan menyebar. Seni adalah "negasi dari hal" yang melalui negasi memanifestasikannya, menunjukkan apa yang awalnya tidak ada. Ini adalah simulasi, kepalsuan, menunjukkan yang tidak ada seolah-olah ada, menawarkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. John Dewey adalah seorang pendidik, psikolog dan filsuf Amerika, perwakilan pragmatisme, dan dengan pengalaman dalam seni, ia mengkonseptualisasikan seni sebagai "puncak alam", mendukung bahwa dasar estetika adalah pengalaman indrawi. Fungsi artistik adalah satu lagi hasil kerja alami manusia, yang cara pengorganisasiannya mengikuti kondisi lingkungan tempat mereka berkembang. Jadi, seni adalah sebuah “ekspresi” yang bertujuan untuk memadukan tujuan dan makna menjadi sebuah pengalaman yang menarik. Bagi Dewey, seni sebagai karya lain yang dilakukan oleh manusia, melibatkan pemberian inisiatif dan kreativitas, serta keterkaitan antara subjek dan objek, antara manusia dan kondisi lingkungan dan material di mana aktivitas itu berlangsung. José Ortega y Gasset, filsuf dan penulis esai Spanyol, meneliti Dehumanisasi seni pada tahun 1925, seni kemajuan dari definisi "masyarakat massa", di mana elemen kecil seni avant-garde menghasilkan perjuangan pemakan seni publik. Demikian pula, Ortega berpendapat bahwa dalam seni ada "dehumanisasi" yang disebabkan oleh hilangnya perspektif sejarah, yang berarti mampu menyelidiki dengan kritis luas esensi sosiokultural yang bekerja sama menuju seni avant-garde. Hilangnya pendekatan meniru realistis yang Ortega nilai dalam seni avant-garde mengandaikan pengecualian dari pendekatan manusia yang hadir dalam seni naturalis. Demikian pula hilangnya manusia menyebabkan hilangnya aspek-aspek yang berkaitan dengan seni klasik, anggapan adanya perpecahan antara apa itu seni dan publik, dan menghasilkan cara baru dalam memahami seni yang hanya dapat dipahami oleh para pengikutnya. Apresiasi estetika seni yang tidak manusiawi adalah tentang kepekaan baru yang didasarkan pada kemiripan non-sentimental, seperti halnya seni romantis, tetapi dengan jarak, perkiraan campuran. Jarak antara seni dan kemanusiaan mengandaikan tujuan mengembalikan keberadaan, mengurangi definisi seni sebagai tugas sekunder dari pengalaman manusia. Luigi Pareyson, filsuf Italia, di sekolah semiotik, membangun Estetika. Teori estetika modal dari tahun 1954, sebuah estetika hermeneutik, yang menerjemahkan teknik atau metode yang bertanggung jawab untuk menafsirkan teks, di mana seni menafsirkan realitas. Bagi Pareyson, seni adalah sesuatu yang "formatif", yang artinya, seni mengungkapkan cara melakukan itu "serta melakukan, ia menemukan cara melakukannya". Apa yang akhirnya dia terjemahkan, yang tidak didasarkan pada peraturan abadi, sebaliknya, menentukannya sesuai dengan bagaimana pekerjaan itu dilakukan, dan memproyeksikannya pada saat pelaksanaannya. Sehingga dalam formativitas, karya seni tidak berakhir sebagai sebuah “hasil”, melainkan sebuah “prestasi” dimana karya tersebut menemukan norma yang mengkualifikasikannya. Jadi, seni adalah setiap fungsi yang mencoba untuk mencapai tujuan, tanpa intervensi sarana tertentu, menemukan untuk pelaksanaannya proses kreativitas inovatif yang berakhir dengan hasil yang asli dan inventif. Pareyson, memiliki pengaruh besar pada School of Turin yang terkenal, yang menjalankan konsep ontologis seninya Umberto Eco, seorang penulis Italia, filsuf dan profesor universitas, dalam Open Work tahun 1952, berpendapat bahwa karya seni hanya itu ditemukan dalam interpretasinya, dalam pembukaan makna yang beragam bagi penonton. Gianteresio Vattimo, yang dikenal sebagai Gianni Vattimo, seorang filsuf Italia, dalam Puisi dan Ontologi tahun 1968, menghubungkan seni dengan keberadaan, oleh karena itu dengan realitas, karena dalam seni di mana realitas terlihat lebih suci dan signifikan. Ini adalah salah satu konsekuensi terakhir dari filsafat dan seni adalah postmodernitas, istilah yang digunakan untuk menyebut gerakan seni, budaya, sastra, dan filosofi abad ke-XNUMX. Ini adalah teori sosial-budaya yang saat ini menuntut validitas waktu sejarah yang menyoroti proyek modern, yang menerjemahkan, akar budaya, politik dan ekonomi yang otentik ke Zaman Kontemporer yang ditunjukkan secara budaya oleh Pencerahan, di bidang politik oleh Revolusi Perancis dan dalam aspek ekonomi ditunjukkan dengan Revolusi Industri. Di garis depan proposal seni maju, postmodernis tidak mengekspos ide-ide baru, baik etis maupun estetis; satu-satunya hal yang mereka lakukan adalah menafsirkan kembali kebenaran yang mengelilingi mereka, melalui reproduksi gambar sebelumnya, yang berhasil kehilangan fokus. Efek pengulangan menyelimuti pendekatan seni dalam seni itu sendiri, frustrasi komitmen artistik diakui, ketidakmampuan seni untuk mengubah keberadaan sehari-hari. Seni postmodern kembali tanpa kesopanan ke esensi sejati yang biasa, ke karya seni objek, ke "seni demi seni", tanpa berusaha melakukan revolusi apa pun, atau istirahat. Beberapa ahli teorinya yang paling signifikan adalah Jacques Derrida dan Michel Foucault. Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa rumusan-rumusan lama mendasarkan seni pada pembentukan keindahan, atau kegagalan itu, pada pengulangan alam, yang ternyata kuno, dan seni masa kini adalah kondisi energik, yang permanen. evolusi, juga diperkenalkan di media massa, di media konsumen, dengan elemen yang berkali-kali berlalu, dengan persepsi singkat, yang secara efektif hadir antara ide dan objek, dalam permulaan konseptualnya dan dalam pelaksanaan fisiknya. Morris Weitz, seorang filsuf Amerika, yang berdedikasi secara khusus pada bidang estetika, dan sebagai perwakilan dari estetika analitis, mempertahankan dalam Peran teori dalam estetika tahun 1957, bahwa "tidak mungkin untuk menetapkan semua jenis kriteria seni yang diperlukan dan cukup; oleh karena itu, teori seni apa pun adalah kemustahilan logis, dan bukan hanya sesuatu yang sulit diperoleh dalam praktik”. Menurut pendekatan Weitz, kualitas internal yang dimiliki kreativitas artistik adalah bahwa ia umumnya menghasilkan bentuk dan objek baru, sehingga "kondisi seni tidak pernah dapat ditetapkan sebelumnya." Demikian juga, "asumsi dasar bahwa seni dapat menjadi subjek dari setiap definisi yang realistis atau benar adalah salah" Akhirnya, kurangnya definisi seni terletak pada pengurangannya ke kategori tertentu seperti imitasi, rekreasi, sebagai ekspresi. Seni dipandang sebagai suatu konsep yang utuh, yang memuat semua pernyataan tersebut dan banyak hal lainnya. Sebuah definisi dalam evolusi dan yang terbuka untuk interpretasi baru, yang tidak dapat ditetapkan dengan cara yang disepakati, sebaliknya, ia harus mengumpulkan semua kepentingan untuk mengungkapkan dan merumuskannya, menjadi sinopsis yang luas dan subjektif dari semuanya. Seni adalah kegiatan manusia yang sadar yang mampu mereproduksi sesuatu, membangun bentuk, atau mengekspresikan pengalaman, jika produk reproduksi, konstruksi, atau ekspresi ini dapat menyenangkan, menggerakkan, atau mengejutkan. Władysław Tatarkiewicz, Kisah Enam Ide. 1976 Teori seni dan penulis paling signifikan Metode penelitian Sejarah Seni Einfuhlung. Empati oleh Einfühlung Wilhelm Worringer, dari Wilhelm Worringer Formalisme Jacob Burckhardt, milik periode sebelumnya Max Dvorak, deMax Dvorak Ikonologi Abby Warburg Erwin Panofsky Ernst Hans Joseph Gombrich sosiologi seni Pierre Francastel, dari Pierre Francastel Strukturalisme Michel Foucault Umberto Eco Sinopsis teori seni rupa Dengan adat, sebuah teori seni memiliki objeknya sendiri sebagai konsep objeknya. Tingkat kesulitan yang disajikan oleh setiap teori seni memiliki akar ganda. Di satu sisi, keragaman media, praktik, dan objek, yang sering kita anggap artistik. Di sisi lain, keragaman aktivitas dan nilai yang dilakukan karya seni sepanjang sejarahnya. Selama abad terakhir, dengan munculnya apa yang disebut siap pakai, konflik konseptualisasi seni menjadi lebih buruk ketika dimungkinkan untuk membuat seni dengan objek apa pun, tanpa ada kemungkinan pemahaman pada pandangan pertama, sesuatu yang dipamerkan dalam bentuk. museum sebagai sebuah karya seni, atau jika gagal akan menjadi bagian dari peralatan mebel. Mungkin, cara untuk memperbaiki keragaman fungsi, nilai, dan konsep yang, dengan pembacaan sederhana apa pun dari sejarah seni, menempatkannya sebagai terkenal untuk melanjutkan sejarawan seni, adalah bahwa EH Gombrich, mempertahankan "Tidak ada yang seni; yang ada hanyalah seniman”. Artinya secara transparan, perhatian harus diberikan pada keterampilan yang menghasilkan seni, dan menganalisis bagaimana mereka menentukannya, dari pusat praktik, yang akhirnya menjadi penting dari pendekatan interpretasi dan estimasi. Jadi, dengan segala problematika konsep seni rupa, ia telah menjadi salah satu konflik sentral Estetika kontemporer, yang sebagian besar menghadapi ketidakpastian yang dihasilkan oleh kasus barang jadi, serta karya-karya simbolik tertentu. seni yang sesuai dengan abad XX, seperti Brillo Boxes oleh A. Warhol, yang telah mencoba menangani subjek dengan alat-alat baru. Di satu sisi, terlihat antara konsepsi-konsepsi yang mengakui penggunaan definisi seni secara deskriptif, dan konsep-konsep yang tetap berada dalam konsep seni, yang digunakan terutama secara evaluatif. Tanpa adanya nilai artistik tidak akan ada seni. Sebuah konsep seni, dianggap bahwa milik lingkungan artistik tidak dibatasi oleh pengakuan nilai atau jasa tertentu, tetapi dengan menyukai properti non-valuatif tertentu. Menurut definisi ini, elemen apa pun bisa menjadi seni, namun belum tentu bernilai. Seni sebagai representasi adalah salah satu definisi seni paling legendaris yang mengakuinya dengan esensi artistik hingga personifikasi. Secara umum, elemen representasi menghasilkan amplitudo lebar dan luminositas rendah sebagai kategori untuk memahami dunia seni. Lukisan atau patung dapat dianggap sebagai representasi visual, seperti halnya hieroglif, tetapi patung figuratif semacam ini tidak dianggap sebagai personifikasi artistik pada esensinya sendiri. Demikian pula, pengetahuan tentang representasi terlihat sedikit jika Anda melihat praktik artistik seperti musik atau arsitektur di mana pengetahuan tidak melampaui. Secara keseluruhan, pemikiran tentang apa yang menyatukan praktik artistik yang berbeda adalah pengetahuan tentang personifikasi, yang telah berkembang jauh dalam sejarah pemikiran estetika. Bagi orang Yunani, pemikiran lukisan, patung, drama atau musik datang bersama-sama di bawah pendekatan personifikasi mimesis yang diakui. Cara sederhana untuk memahami personifikasi mimesis mungkin terletak pada kelas personifikasi yang akan mensimulasikan aspek perasaan dari apa yang diwakilinya. Kami merekomendasikan tulisan mesir Aktor akan mempersonifikasikan karakter, meniru gerak tubuh, cara berbicara dan berperilaku, sementara lukisan akan mempersonifikasikan beberapa buah anggur untuk menunjukkan penampilan visualnya. Cara yang lebih cocok untuk memahami definisi mimesis yang legendaris adalah bahwa objek artistik membentuk ilusi objek yang ditunjukkannya. Jadi, lukisan beberapa buah anggur oleh Zeusis, atau lukisan gantung oleh Parrhasius dapat mencapai efek memvisualisasikan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan drama yang merugikan menghasilkan emosi yang akan dihasilkan oleh penglihatan peristiwa. Terakhir, apa yang akan menggabungkan lukisan, dan patung dan drama, adalah kemampuan untuk membentuk ilusi objek dan peristiwa yang ditampilkan. Yang membedakan seni dari jenis representasi lain seperti representasi linguistik, adalah kemampuan untuk menghadirkan objek yang sama yang ditunjukkan ke indra. Pendekatan representasi inilah yang bekerja dalam kritik Platonis seni sebagai "sekedar salinan penampilan" dan "penipuan indra", seperti yang terjadi dalam konsepsi Aristotelian tentang kemalangan. Untuk keperluan dunia legendaris dan sampai Renaisans, pelukis dan pematung adalah pengrajin yang memiliki kemampuan untuk menguasai suatu teknik, sedangkan penyair dan musisi tidak dianggap dalam kelompok yang sama, bertentangan dengan konsepsi pra-kecanggihan ini adalah orang-orang yang menciptakan melalui antusiasme, yang berarti, karena mereka terinspirasi oleh para muse. Pada Abad Pertengahan, puisi dan musik dianggap sebagai seni liberal dan tidak mekanis seperti mimetik. Kemudian, dalam konsep disiplin, musik ditandai di Quadrivium, sementara puisi mempertahankannya di dalam Kristeller Trivium. Namun, masih belum ada jenis seni yang umum, definisi seni yang mencakup semua yang dikenal saat ini dan dianggap berbeda dari disiplin ilmu lain seperti sains atau filsafat. Sebagai kesimpulan, kira-kira, dua momen besar dapat dibuktikan dalam perkembangan dan kemajuan sejarah Seni, yaitu, yang pertama, yang dimulai dengan Leon Battista Alberti, dari tahun 1404 hingga 1472, yang berlangsung hingga pertengahan abad XIX, selama waktu ini dimaksudkan untuk menentukan apa yang dimaksud dengan objek studi disiplin ini, periode apa yang dipelajari, dan gaya dan senimannya. Isi artikel mengikuti prinsip kami etika editorial. Untuk melaporkan kesalahan, klik di sini.

berikut ini yang tidak termasuk dalam teori teori seni adalah